Kalian pernah ngrasain rasanya dijauhin sama temen kalian? Bagi yang udah pernah, pasti udah bisa tahu gimana sakitnya. Dan bagi yang belum pernah, kalian wajib bersyukur sama Allah karena kalian masih diberi kesempatan buat ngrasain indahnya persahabatan.
Yah, inilah sepenggal cerita kehidupanku. Mungkin kalian bisa mengambil hikmah atau suatu pelajaran dari sini.
Putri, salah seorang temenku yang nglakuin itu. Aku kenal putri sejak masuk SMA ini, dan aku sudah bisa ngerti gimana sifat-sifatnya dia walau nggak semua. Tapi yang paling aku hafal dari dia, saat dia marah. Yah, boleh dibilang aku ini anaknya mungkin suka keterlaluan kalo becanda. Setiap dia marah, dia nggak mau ngajak ngomong aku sama sekali. Tapi kejadian yang udah-udah, itu cuma sebentar dan masalahnya selesai begitu aja.
Yang sekarang jadi masalah itu, putri marah lagi. Keadaannya beda sekarang, kejadian yang udah-udah aku pasti tahu kenapa dia marah. Tapi sekarang, aku nggak tahu apa kesalahanku sampe dia marah. Kejadian ini udah lama, mungkin dari awal April sampe tulisan ini selesai ku buat. Dan yang lebih parahnya lagi, aku pun nggak punya keberanian buat ngomong langsung. Beberapa minggu setelah aku tahu aku nggak kuat buat nahan beban pikiranku. Akhirnya aku coba tanya ke dia lewat dinding facebook nya. Aku tanya alasan dia marah dan minta maaf disana. Nggak begitu lama setelah aku nge-post, dia bales postinganku. Tau apa katanya? Kaya gini, “aku juga minta maaf udah buat kamu bingung. Aku cuma nggak man kamu itu ngebeda-bedain temen. Aku sadar aku nggak sepinter kalian.” Abis baca, aku shock banget. Aku nggak nyangka kalo putri bakalan bilang kaya gitu. Trus, aku coba jelasin lagi. Dan sampe sekarang pun dia nggak bales postinganku.
Selama ini, aku nyoba yang terbaik buat temenan sama semuanya. Aku nggak pernah yang namanya beda-bedain temen. Tapi, kenyataannya apa? Aku bingung harus kaya gimana lagi. Kalo disuruh minta maaf, jujur aku juga pengen banget minta maaf. Tapi nggak ada keberanian sama sekali buat ngomong sama putri. Aku takut kalo dia nggak mau nganggep omonganku. Tapi kalo nggak minta maaf, semuanya nggak akan selesai. Aku tahu, kita nggak boleh takut selain pada Tuhan. Tapi tetep aja, perasaan itu masih ada. Aku bingung harus nglakuin apa. Aku juga nggak kuat kalo harus kaya gini terus. Setiap aku inget putri, rasanya tu pengen nangis terus. Yah, mungkin aku ini pengecut karena mundur sebelum mencoba. Mungkin “Kalah sebelum Perang” adalah perumpamaan yang tepat buatku. Tapi aku udah bener-bener nggak kuat, nggak mampu. Dan kalo aku lihat sekarang, dia juga enjoy jalanin kehidupannya seperti tak ada yang terjadi. Karena itulah aku akan menjauh dari kehidupannya, aku taku akan merusak kebahagiaannya. Keputusanku sekarang, untuk jalanin hidup seperti biasanya, aku pasrahin semua sama Allah. Aku cuma bisa berharap semoga Allah membuka pintu hati putri supaya bisa memaafkanku.
Yang ingin aku pesankan bagi semua yang membaca postingan ini. Jagalah sahabat kalian dengan sepenuh hati. Jangan biarkan hatinya terluka, karena luka itu akan terus membekas padanya. Berhati-hati dalam ucapan dan pikiran sangat penting saat kalian melakukan sesuatu. Jangan sampai kalian mengalami hal yang aku alami, karena semua ini sangat menyakitkan.
sepotong kecil dari buku BAGAIMANA MENCARI KAWAN DAN MEMPENGARUHI ORANG LAIN smoga bermanfaat
BalasHapusBelajar dari Michael Cheung ( yg mengajar kursus Dale Carnegie di hongkong)
Menceritakan bagaimana kebudayaan china memberikan beberapa masalah khusus yg perlu kita kenal sehingga manfaat penerapan satu prinsip ini akan lebih berguna daripada mempertahankan prinsip lama. Dia memiliki seorang anggota kelas berusia setengah baya yg telah bermusuhan dg putra y selama bertahun-tahun. Sang ayah tadi y kecanduan opium, tp sekarang sdh sembuh.
Dalam tradisi cina (timur) seorang yg lebih tua tidak bisa mengambil langkah awal.
Sang ayah merasa bahwa permusuhan ini tergantung dari putranya, yg harus mengambil inisiatif menuju perdamaian.
Dalam satu sesi awal, dia menyampaikan pada kelas kami tentang cucu yg tidak pernah dilihat y, betapa ingin y dia berkumpul kembali dg putra y. kawan2 kelas y, semuanya org cina, mengerti akan konflik yg dialami y, antara hasrat y dan tradisi yg sdh lama berakar.
Sang ayah merasa bahwa org muda yg seharus y menghormati yg lbih tua, dan bahwa dia bersikap benar karena tidak menyerah terhadap hasrat y ini, melainkan hanya menunggu putra y yg akan dtg kepada y.
Menjelang akhir kursus,
sang ayah sekali lagi menceritakan kisah ini kepada kelas, “saya sudah renungkan masalah ini,”
ujar y.
“dale Carnegie berkata,’kalau anda salah, akuilah dengan cepat dan dengan simpatik.”
“saya sudah menyalahkan putra saya. Dia benar tidak ingin bertemu saya dan membuang saya dari hidup y. saya mungkin kehilangan muka (malu) dg meminta maaf pada seorang yg lebih muda, tp saya lah yg bersalah, dan ini merupakan tanggung jawab saya untuk mengakui y.”
Kelas itu menyambut y dan memberi y dukungan penuh.
Pada kelas berikut y dia menceritakan bagaimana dia pergi kerumah putra y, meminta dan menerima permintaan maaf, dan kini memulai hubungan baru dg putra y, menantu y, dan cucu y yg pd akhir y berjumpa dg y.
Dale Carnegie,
BalasHapusKeberanian untuk menerima kesalahan diri sendiri, tidak hanya menjernihkan suasana rasa bersalah dan pertahanan diri. Ada kepuasan tertentu dan sering kali membantu memecahkan masalah yg ditimbulkan oleh kesalahan itu.
Belajar dari Bruce Harvey ( bekerja dibagian pembayaran gaji dari Albuquerque, New Mexico)
Menceritakan telah melakukan kekeliruan dalam pembayaran gaji penuh seorang pegawai yg sedang cuti sakit.
Tatkala dia menemukan kesalahan y,
Dia memberitahu si pegawai dan dan menjelaskan bahwa untuk memperbaiki kesalahan itu, dia harus mengurangi gaji berikut y dg seluruh jumlah kelebihan tadi. Si pegawai memohon bahwa karena pemotongan itu bisa menimbulkan masalah keuangan yg serius pada y, apakah uang itu bisa dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu? Supaya bs melakukan hal ini, Harvey menyampaikan, dia akan meminta persetujuan supervisor y. “dan untuk itu saya tahu,” lapor Harvey, “akan member hasil suatu ledakan kemarahan gaya bos. Tatkala saya berusaha memutuskan bagaimana mengatasi situasi ini dg lbih baik, saya sadar bahwa sma kekacauan ini adalah salah saya, dan saya akan mengakui y dihadapan atasan saya.
“saya berjalan masuk ke kantor y, menyampaikan kepada y bahwa saya sdh membuat kesalahan, kemudian saya memaparkan fakta selengkap y. dia menjawab dgn marah, bahwa itu adalah kesalahan departemen personalia. Saya mengulangi y lg kalau itu adalah kesalahan saya. Dia meledak lagi tetntang kecerobohan pada departemen akunting. Sekali lagi saya menjelaskan bahwa itu adalah kesalahan saya. Akhir y, dia memandang saya dan berkata, ‘Oke, itu kesalahan Anda. Sekarang bereskan itu.’kesalahan itu di perbaiki dan tak seorang pun mendapat kesulitan.
Saya sangat senang sekalisaya bisa menangani siuasi yg tegang ini, dan saya mempunyai keberanian untuk tidak mencari alibi. Sejak itu atasan saya lebih menghargai saya.